JAKARTA – Ledakan bom Hiroshima tak bisa lepas dari ingatan banyak orang di seluruh dunia. Bagi Indonesia, insiden ini juga menjadi sejarah penting karena hanya berselang satu hari, yakni esok harinya, Indonesia bersiap menuju kemerdekaannya.
Seperti diketahui, Amerika Serikat (AS) menjatuhkan bom atom uranium “Little Boy” di Hiroshima pada 6 Agustus 1945. Ini menjadi serangan nuklir pertama dari AS yang memakan korban jiwa 90-166 ribu manusia.
Pada tanggal 6 Agustus 1945 tepatnya pukul 09.15 pagi waktu Tokyo, pesawat pembom B-29 Enola Gay, yang dikemudikan oleh Paul W. Tibbets, terbang di langit Hiroshima.
Misinya adalah untuk mengejutkan Tokyo agar menerima syarat penyerahan tanpa syarat Deklarasi Potsdam. Tanpa disangka pemerintah Jepang, pesawat itu menjatuhkan sebuah bom atom uraniumbernama Little Boy di Hiroshima.
Kala itu Presiden Amerika Serikat Harry S. Truman meminta Jepang menyerah 16 jam kemudian dan memberi peringatan akan adanya hujan reruntuhan dari udara yang belum pernah terjadi sebelumnya di muka bumi.
Dalam hitungan menit, kota terbesar ketujuh di Jepang ini telah rata dengan tanah dan ribuan orang menjadi korban. Bahkan kira-kira 30 detik setelah bom diledakkan sebuah badai api muncul di tengah kehancuran.
Orang-orang yang berada dalam jarak 300 kaki dari titik ledakan menguap seketika. Ledakan dan panas juga menanggalkan kulit dari tubuh, melelehkan bola mata, dan meledakkan perut.
Tiga hari berselang, saat tanggal 9 Agustus pesawat B-29 Bock’s Car meluncur untuk mengebom Kokura. Akan tetapi, asap yang mengepul di atas sasaran menyebabkan pilot Sweeney mencari target alternatif lain yaitu Nagasaki.
Sekiranya pada pukul 11.02 pagi, Kota Nagasaki hancur luluh lantah akibat bom yang disebut ‘Fat Man’. Bom itu meledak pada ketinggian1.800 kaki untuk memaksimalkan dampak ledakan tersebut.
Bom meratakan bangunan, menghancurkan sistem kelistrikan, dan menimbulkan kebakaran. Bom tersebut menghancurkan sekitar 39 persen kota Nagasaki, dan memakan korban ribuan penduduk.
Dalam kurun dua sampai empat bulan pertama setelah pengeboman terjadi, dampaknya menewaskan 90.000–146.000 orang di Hiroshima dan 39.000–80.000 di Nagasaki. Kurang lebih separuh korban di setiap kota tewas pada hari pertama.
Pada bulan-bulan seterusnya, banyak orang yang tewas karena efek luka bakar, penyakit radiasi, dan cedera lain disertai sakit dan kekurangan gizi. Di dua kota tersebut, sebagian besar korban tewas merupakan warga sipil meskipun terdapat garnisun militer besar di Hiroshima.
Bom tersebut menghasilkan kebakaran, tekanan ledakan, dan tingkat radiasi yang sangat tinggi. Keduanya diledakkan sekitar 600 meter di atas permukaan tanah, sehingga kontaminasi di bawah tanah menjadi minim. Curah hujan selanjutnya mendepositkan bahan radioaktif ke timur Nagasaki dan barat dan barat laut Hiroshima, namun sebagian besar bahan radioaktif terbawa ke atmosfer oleh ledakan itu sendiri.
Sehari setelah hancurnya Hiroshima, yakni pada 7 Agustus 1945 dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Dikutip dari buku ‘Bung Hatta dan Ekonomi Islam’, disebutkan sebagai “pelantikan” PPKI, Panglima Angkatan Perang Jepang di Asia Tenggara, Marsekal Terauchi Hisaichi, mengundang Soekarno, Hatta dan Radjiman ke Da Lat, Vietnam Selatan pada 8-12 Agustus 1945.
Agendanya tentu saja untuk membicarakan kemerdekaan Indonesia. Tapi lantaran terjadi sejumlah peristiwa di atas, pemerintah Jepang mengisyaratkan penundaan pemberian kemerdekaan.
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.