Hitam Putih Sejarah Penjajahan Belanda di Indonesia : Okezone Nasional

Uncategorized61 Dilihat

JAKARTA – Sejumlah fakta masih banyak yang tersembunyi terkait konflik Indonesia-Belanda di masa 1945-1949. Buat orang Belanda, masa ini jadi masa Perang Dekolonisasi.

Meski demikian, bagi bangsa Indonesia periode ini lebih dikenal sebagai perang revolusi fisik kemerdekaan RI.

Jika menelisik dari buku-buku pelajaran semasa sekolah dulu, mulai dari SD sampai kuliah siswa diajarkan sejarah penjajahan Belanda selama 350 tahun.

Dari kurikulum pembelajaran itu diketahui hitam-putih, di mana orang Belanda merupakan pihak yang jahat, pihak yang salah. Di sisi lain, bangsa Indonesia yang berjuang itu bagai melakukan perjuangan suci.

Padahal jika menggali lebih dalam, ternyata sejarah penjajahan itu tak sehitam-putih bak pelajaran di sekolah.

Kurikulum pelajaran tersebut menjadi doktrin bahwa Belanda sebagai penjajah yang salah. Hal itu sebagaimana menjadi bahan diskusi terbatas bertema “Konflik Indonesia-Belanda (1945-1949) dalam Pandangan Generasi Terkini” di aula Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu 15 April 2017.

“Sejarah (perang revolusi Indonesia-Belanda) itu tidak hitam-putih. Bahwa Belanda itu jahat. Indonesia pihak yang paling benar. Pemikiran anak-anak muda sekarang itu seperti demikian,” ungkap Hendi Jo, salah satu pembicara diskusi tersebut.

“Mobilisasi tentara Belanda (sukarela dan wajib militer) pada 1945-1946, itu ternyata pernah ada catatannya sekitar 4.000 tentara yang menolak dikirim ke Indonesia. Mereka tahu apa yang akan mereka hadapi, di mana mereka akan melawan orang-orang yang sudah merdeka,” imbuhnya.

Namun, lanjut Hendi Jo, para serdadu Belanda lainnya sudah jadi korban politik. Pemerintah Belanda pasca-Perang Dunia II pemikirannya sangat kapitalistik. Pemikiran tentang bagaimana caranya mereka bisa mendirikan koloni mereka lagi di Indonesia, setelah sempat hilang di zaman pendudukan Jepang (1942-1945).

Baca Juga  Keren! EA Sports Hadirkan Pemain Wanita Berhijab di FIFA 23 untuk Pertama Kali : Okezone Bola

“Kalaupun ada yang tetap dikirim, jadinya beberapa membelot. Seperti Poncke Princen. Dia bahkan berani membunuh teman-temannya sendiri (sesama orang Belanda ketika sudah bergabung ke TNI),” sambung Hendi lagi.

Baca Juga: Balkon Fest Gelaran Pesta Rakyat untuk Warga Wringinputih


Follow Berita Okezone di Google News


“Orang-orang Belanda yang dikirim ke sini, sama seperti kita. Punya hati dan nurani, punya sisi kemanusiaan juga. Cuma mereka jadi korban politik (pemerintah) Belanda,” ujarnya.

Bahwa memang serdadu Belanda beberapa kali tercatat pernah melakukan kejahatan dalam aksi-aksi mereka terhadap warga sipil. Seperti di Sulawesi Selatan, Bekasi, Padang, Rengat (Provinsi Riau) dan yang sempat bikin geger, Rawagede (Karawang).

 BACA JUGA:

“Ini yang selama ini disangkal Belanda. Belanda adalah negara yang hidup dalam penyangkalan. Orang-orang Belanda saat ini mengatakan bahwa apa yang terjadi di Indonesia di masa Aksi Polisionil, ya it’s not so bad. Yang jadi korban hanya dianggap ekses dan jumlahnya tak seberapa,” timpal jurnalis sekaligus peneliti muda Belanda Marjolein van Pagee yang juga jadi pembicara.

 BACA JUGA:

“Di Belanda sendiri, sejarah kolonialisme (Hindia Belanda) hanya jadi catatan kaki. Padahal menurut saya sejarah kolonialisme itu fundamental. Ya karena Belanda dibangun karena kolonialisme. Tapi tetap (pemerintah Belanda) menyangkal,” lanjutnya.

Namun perlu diingat juga, bahwa berbagai elemen pasukan republik, entah itu laskar atau Tentara Keamanan Rakyat (TKR, kemudian TRI dan terakhir jadi TNI), juga pernah melakukan tindakan yang kelewatan. Terutama pada periode akhir 1945 hingga awal 1946 di mana selama ini di buku-buku sejarah, periode itu dikenal sebagai “Masa Bersiap”.

Baca Juga  Beri Peringatan Keras, Pengunjung yang Datang di Ladang Bunga Matahari Dilarang Pose Bugil saat Foto : Okezone News

Sebuah masa di mana orang-orang Indo Belanda (orang Belanda yang lahir di Hindia Belanda/Indonesia), orang yang dituduh mata-mata Belanda, orang-orang yang pernah bekerja dengan pemerintah Hindia Belanda, diburu di mana-mana dan dihabisi.

Satu dari sekian contohnya adalah pembantaian di Sidoarjo, Jawa Timur. Salah satu korbannya adalah ayah Wieteke van Dort, penyanyi Indo Belanda yang terkenal dengan tembangnya “Geef Mij Maar Nasi Goreng”.

“Apapun yang terjadi dalam sejarah dan jadi fakta, kita harus siap menerima. Memang yang namanya zaman perang, saling bunuh antartentara itu biasa. Tapi beda cerita kalau yang dibunuh itu warga sipil,” sambung Hendi Jo lagi.

“Di zaman 1945-1949, tidak hanya Belanda yang melakukan kejahatan. Kita harus sama-sama mengakui dan menjauhkan diri dulu dari hal-hal politis untuk bisa memahami dan jujur, bahwa sejarah Indonesia-Belanda itu tidak sehitam-putih yang kita pahami selama ini,” tandasnya.

Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.

Quoted From Many Source

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *